Minggu, 26 Juli 2009

Semudah Bilang : Life Goes On

Life goes on. Hal termudah yang dapat dikatakan seseorang untuk lari dari segalanya. Bukan lari mungkin, berjalan, seperti arti literatur dari kalimat itu.

Keputusan untuk keluar dari zona aman dan mengambil tantangan baru adalah keputusan yang cukup sulit. Pertimbangan paling besar adalah sahabat-sahabat yang harus saya tinggalkan jika saya memilih untuk maju ke jenjang berikutnya tanpa menunggu teman-teman saya. Tapi entah kesekian kalinya saya diyakinkan oleh-oleh suara-suara yang datang entah darimana berkata bahwa ‘sudahlah, life goes on. Kamu harus maju, harus berani keluar dari pagar dan menggapai yang kamu mau. Sahabat-sahabatmu enggak akan kemana-kemana. Mereka akan setia di sana’. Dengan pertimbangan itu jadilah saya mengambil keputusan untuk pergi lebih awal, dan lepas landas meninggalkan yang lain. Keluarga saya selama berbelas tahun.

Dan ternyata selama hampir satu bulan dalam keadaan ini, saya cukup nyaman. Saya suka sendirian, saya suka dengan super individualistis yang saya bangun di kampus (baca : foundation year). Saya tidak menutup diri dengan teman-teman di kampus, tapi cukup punya jarak dan ruang lingkup personal terhadap mereka. Cukup berteman tapi tak perlulah sedekat itu. Jarak yang saya ciptakan memungkinkan untuk masuk dan keluar dalam lingkaran percakapan sesuka saya. Tidak ada yang menolak ketika saya masuk, tak ada yang sadar pula jika saya bosan dan keluar dari percakapan. Saya bisa kemana pun yang saya mau tanpa harus menunggui teman, ke toilet, ke kantin, makan dimana saya suka dan sebagainya. Saya punya beberapa teman yang asik diajak ngobrol dan berkawan disana, tapi itu saja. Dan saya suka dengan kondisi ini. Saya suka sendirian, tapi kesepian.... hm tunggu dulu.. being alone not same as being lonely

Sebagai kontras, bukan keadaan seperti itu yang saya harapkan pada sahabat-sahabat saya di sekolah yang lama. Bukan keadaan dimana saya dibiarkan keluar dan masuk sesuka saya, saya mengharapkan saya ditarik lagi kalau saya terlalu jauh keluar lingkaran. Saya pikir, kami benar-benar berteman, yang jarak pun tak akan mampu memisahkan (sebagian orang tak percaya, tapi saya telah membuktikan ini pada seorang sahabat SD saya, sampai kini kami berteman sangat baik).

Mungkin saja hanya bagian dari kesensitifan yang berlebihan. Tapi segala kesibukan mereka dan ketidakadaan usaha mereka untuk menghubungin saya membuat saya semakin berpikir mereka lupa punya sahabat. Mungkin ini statement paling manja dan paling egois, tapi saya berusaha jujur, saya ingin dirindukan, dikangeni, dirasa kehilangan oleh sahabat-sahabat saya itu. Untuk mengganti quality time yang biasa tersebar 6 hari seminggu, saya selalu meluangkan jumat siang dan sabtu untuk berkumpul bersama mereka, tapi yang terjadi mereka yang selalu berhalangan. Ada saja halangannya, bom-lah, ulangan-lah, latihan paduan suara, les dan lain-lain. Ayolah, guys... satu-dua jam saja untuk sahabatmu ini... begitu padatkah?

Semalam saya pergi ke ulang tahun mantan teman sekelas saya, wow... it’s great to be an outsider. Saya merasa telah berada sepenuhnya berada di luar lingkaran mereka semua. Ah, mungkin ini hanya perasaan berlebihan yang tidak seharusnya saya pikirkan. Mungkin sebaiknya kembali pada kalimat diatas, life goes on. Saya telah memilih dan inilah jalan yang harus dihadapai dengan berbagai konsekuensinya. Banyak hal yang harus berubah dan itulah bagian dari hidup, perubahan. Hanya orang-orang pemenang yang berani menghadapi perubahan, sebagaimana menyakitkannya perubahan itu. Lagipula memang kira semua akan terus dan harus maju kan? Hanya saja saya telah memilih untuk melangkah setahun lebih cepat. Itu saja.

Tanpa bermaksud mellow dan besedih-sedih ria, saya menulis ini hanya sebagai puncak perasaan kosong dan kekecewaan yang saya rasakan. I started feeling like an old loosey T-shirt. Mungkin frase itu menjelaskan lebih. Tapi inilah hidup bukan? Harus ada pilihan, harus ada perubahan, waktu adalah hal paling kejam karena tak pernah mau menunggu. Dan kita sebagai debu-debu bumi, ikuti saja rotasi dan revolusinya, toh life goes on no matter what.

Catatan :

Andai kalian tahu betapa aku kehilangan kalian. Tolong panggil aku, sebut namaku, gandeng tanganku, agar aku kembali. Sebelum aku pergi terlampau jauh dan tak menemukan jalan untuk pulang ke pohon rindang tempat kita beradu.

0 komentar:

Posting Komentar