Saturday, March 29, 2008
Kaget gw ngeliat terakhir kali login di blog gw sendiri.. yaaaa ampppuuuun,, udah lama banget.. 10 hari... gilingan.. ini nih.. akibat semangat menulis menurun dan banyak buku bacaan asik yang harus dibaca.
Ohiya... menyambung posting sebelumnya, puisi dag-dig-dug menjelang pemilihan ketua OSIS. Alhamdullilah untuk kedua kalinya, gw masih dipercayai untuk jadi kandidat ketua OSIS walopun masih anak kelas X..
and the result is.....
saya tidak terpilih... berdasarkan vote malah saya yang terendah.. hahahaha.. doesnt matter..
pidato dan blablabla nya sendiri berjalan lancar (at least for me..). Diserang dengan pertanyaan gila bertubi-tubi dan berbagai tuntutan win-win kanan-kiri alias terjepit dalam conflict of interest dari kedua belah pihak yang membuat resah. Anyway, udah berlalu. Dan gw sendiri... gak ada beban sedikir pun untuk menjalani itu. Berdiri di podium itu untuk kedua kalinya. Yeaph, podium yang sama dengan ruangan yang sama dengan seragam yang berbeda. Dengan ambisi dan harapan yang berbeda.
hampir 2 tahun yang lalu, berdiri disitu dengan tekad untuk benar-benar menang. Dengan ambisi untuk menjadi pemimpin, gugup untuk memberikan yang terbaik dan dngan harapan untuk menang sebagai yang terbaik. Berdiri disana untuk kedua kalinya, dengan tekad untuk memberikan yang terbaik. Namun dengan harapan siapapun yang menang nanti adalah yang terbaik dan dengan tujuan untuk bertanggung jawab atas kepercayaan yang telah diberikan. Bukan lagi untuk menjadi pemenang.
Satu-satunya yang mendorong gw untuk berdiri tegap dan memberikan yang terbaik adalah rasa hormat dan menghargai yang gw tanamkan terus menerus. Sambil terus berbisik untuk tidak mengecewakan. Amanah adalah sumpah yang harus dipenuhi. Dengan kepercayaan mereka memilih gw untuk jadi salah satu kandidat, artinya mereka percaya bahwa gw bisa bertanggung jawab dan menjadi pemimpin yang baik. Setidaknya gw gak pengen lagi jadi pemimpin, paling tidak gw bertanggung jawab seperti yang mereka harapkan.
Sebelum giliranku untuk berbicara. Di kiri, di balik kursi-kursi dan orang-orang. Bisa kulihat, mata melotot yang membesarkan hati. Yeaaah, melotot dari wajahnya yang hitam. Tapi pandangannya, hanya dari pandangannya ku yakin dia sambil tak henti berdoa. Pancarannya penuh dukungan dan dengan anggukan singkat sebelum berbicara aku minta restu.
walaupun beliau bilang, ia menanti kemenangan, tapi aku yakin doanya bukanlah untuk kemenanganku. Namun doa untuk supaya aku dapat belajar dan kuat. Bukan menjadi yang terbaik, namun mempunyai keinginan untuk memberikan yang terbaik. Bukan menjadi pemenang, namun belajar menjadi pemenang didalam kekalahan dan pengecut. Bukan menjadi pemimpin, namun menjadi seseorang yang dapat mendorong dan mendengar.
Masih bisa kulihat mata itu dikepalaku. Dan segala beban di atas podium lenyap. Seperti terbawa angin oleh kipas angin tinggi diatas kepalaku dan balas memandang ke ratusan pasang mata yang menatapku penuh tantangan dan menjawab pertanyaan dengan hikmat dan kebijaksanaan. Mata itu... mata itu memberi kekuatan.
0 komentar:
Posting Komentar