Selasa, 21 Juli 2009

DREAM . HOPE . AMBITION


Wednesday, January 30, 2008


Kita dinanti. Photo by Ivy, Kota Tua '07






Mungkin sebenernya, ini bukan saat yang tepat untuk menulis blog.. Sekarang jam 10 lebih dan besok ulangan biologi tentang spermatophyta menunggu. Bahannya dikit tapi penuh dengan nama latin aneh yang penuh dengan ceaeae... Banyak orang bilang, menulis blog hanya buang-buang waktu, menurut gw ini bagian dari refreshing, relax sambil selonjoran pewe (posisi uwenak) di ranjang, jazz dari speaker rampasan dan semangkuk Indomie ayam special yang mengepul. Blog itu bukan cuma belajar menulis, juga belajar jujur terhadap publik (maya) dan diri sendiri. Jujur dalam menulis blog itu susah lho! Butuh keberanian untuk mengungkapkan apa yang ingin kita katakan, apa yang kita pikirkan kepada khayalak ramai (kalo udah di blog, siapapun bisa liat kan?). menurut salah sati blogger langganan gw, blog adalah ajang penelanjangan diri sendiri. hahaha sounds right, huh?

Anyway, malam ini sebenernya gw udah gak mau nulis, tadinya hari ini cukup dengan posting jayuz tentang nama panggilan. Apa daya? Tadi sambil menulis nama-nama latin di kertas rangkuman (bukan contekan!), gw teringat tentang percakapan tadi dengan salah satu pembina OSIS.

Di tengah kata-kata Zingiber officinale, Oryza sativa dan Phalaenopsis amabilis. Gw inget, tadi waktu istirahat, guru pembina OSIS nyamperin gw dan nanya gw udah masukin formulis pendaftaran OSIS belum. Gw udah ngumpulin tadi taun kemarin. Walau banyak yang gak setuju gw daftar OSIS, gw sih ikut-ikut aja, gw merasa gak etis ke beberapa pihak kalo gak daftar
Pembina OSIS itu meminta gw untuk membujuk salah satu teman gw yang namanya... sebut saja Mr B, yang gak mau ikut OSIS. Sepertinya si guru pengharapkan sekali Mr B ikutan, mungkin mau dijadiin kandidat (secara... cowo tuh manusia langka di sekolah gw). Sayangnya Mr B keukeh gak mau. Males katanya..

Bicara tentang Mr B ini... dilihat dari luar, mungkin dia akan dipertanyakan yaaa. Sekilas dia biasa saja, tampang so-so, sedikit terlihat nerd dan kalo udah ngomong, jayuzzz gak ketulungan. Tapi jangan salah, Mr B ini, ranking 1 di kelasnya dengan nilai 1400 (cum laude), gak pernah absen 3 besar dari SMP, kandidat ketua OSIS 2 kali periode (tapi gak kepilih-kepiih), Abang dalam pemilihan Abang-None Junior SMP gw, wakil ketua OSIS selama 2 tahun berturut-turut, Ketua panitia SPLASH (gw yang nunjuk lagi, damn!), daaaaan.. pernah ikut olimpiade nasional Fisika se-Indonesia. Gimana gak diincar coba???

Sounds so perfect kah Mr B ini? Tapi... mungkin ini juga yang membuat gw bertanya-tanya semakin jauh. Apa sih yag ada di dalam otak manusia. Kok kayanya isinya aneh-aneh banget, tak terduga, tak terhingga...
Tapi dia... (in my point of view) orang bodoh yang mendapat banyak keberuntungan. Dia orang pertama yang gw jumpai mengundurkan diri pada olimpiade fisika nasional pada saat dia sudah masuk ke babak berikutnya. Dia satu-satunya kandidat yang kampanye tanpa warna, tanpa niat waktu pemilu OSIS, dia satu-satunya wakil gw yang paling jarang ngomong waktu rapat masa jabatan gw, dia salah satu anggota OSIS paling baik tapi tidak punya ambisi. Dia orang yang dengan BERAT HATI menerima mandat untuk jadi ketua panitia SPLASH.

Dia pintar, dia punya suatu daya tarik yang membuat banyak orang menoleh ke arahnya, yang membuat banyak orang percaya akan kemampuannya bahkan tanpa perlu dia tunjukkan (misalnya menunjuk dia jadi ini-itu, padahal dia gak pernah show off lho), dia rajin, dia pekerja keras, dia cukup tegas, dia baik, dia lucu, dia cerdas, dia cukup dewasa dalam berpikir, dia cukup bijaksana... sayangnya dia gak punya ambisi, dia gak punya mimpi, dia pesimis...

Tuh, satu bukti lagi yang gw temuin tentang fakta kepala manusia yang tak-berdasar. Mungkin kita semua geleng-geleng kepala tentang apa yang sudah ia lepaskan. Disaat semua orang berjuang mendapatkannya, dia malah melepaskan dengan ikhlas. Mungkin kita bilang, dia pintar, tapi bodoh. Tapi mungkin juga dia punya alasan.

Buat gw pribadi, dia tentunya bertolak belakang dengan gw. Gw percaya kita gak bisa hidup tanpa mimpi, tanpa target, sedangkan buat dia hidup adalah bernapas 1 kali.. bernapas lagi 1 kali dan berikutnya, menikmati apa yang harus dinikmati sekarang. Buat gw, mimpi dan cita-cita kita harus lebih tinggi dari pada bintang di langit. Jadi ketika kita jatuh, setidaknya kita masih berada di antara bintang-bintang. Buat gw, kita punya setir atas hidup kita, kesempatan tidak datang pada semua orang, tapi hanya orang yang cukup pintar saja yang menyadarinya dan mengambilnya. Buat gw, hidup itu bangunan mimpi dan darisana kita hidup. Mungkin buat Mr B, hidup tidaklah begitu. Gw pernah ngobrol, (kalau gw gak salah) dia menggangap hidup adalah tumbuh besar, bertambah tua, belajar di sekolah saja, kuliah, menjadi seorang akuntan seperti ayahnya, menabung untuk beli rumah, beli rumah di pinggiran jakarta, cari istri, bayar cicilan rumah, punya anak, membesarkan anak dan pensiun. Dia lebih mau hidup yang tertata rapih tanpa banyak aksesoris dan menikmati hidupnya detik itu. Dia penikmat hidup sejati dan penganut aliran 'go with the slow flow'. Duluuu gw pernah mikir, pantesan aja nih dunia makin gelap, kalau semua anak mudanya mundur teratur ketika melihat tantangan, kalau mimpinya setinggi menyicil rumah sampai lunas.
Tapi... akhirnya gw belajar kalau pendapat kami tentang hidup, masing-masing adalah benar. Hidup bukan tentang siapa kita dan tentang apa yang sudah kita lakukan, yang terpenting adalah kita menjadi yang terbaik pada apapun yang kita pilih.

Gw jadi inget, beberapa hari yang lalu, waktu lagi hot-hotnya ngebahas tentang reformasi dan tetek bengek sosial yang lain. Gw duduk di belakang sendiri mendengarkan guru PPkn gw mengoceh. Gw melihat satu-persatu kepala teman-teman gw sekelas dari belakang. Bola-bola hitam berambut yang tumbuh dari badan-badan yang semuanya tertutup kemeja putih. Hanya sebuah kepala, tapi disitulah masa depan dunia berada, semuanya bergantung pada pikiran dan pilihan-pilihan yang dipilih generasi penerus ini. Pikiran manusia yang tidak terbatas. Lebih-lebih hatinya...
Gw bertanya-tanya sendiri.. Apa ya.. yang mereka pikirkan sekarang? Apakah mereka pernah berpikir seperti yang gw pikirkan? Bagaimana membangun bangsa ini? Bagaimana menyelamatkan bumi? Bagaimana gw sadar kalau selama 15 tahun ini, gw makan dan minum dari hasil bumi ini, dan apa yang telah gw rusak? Bagaimana gw selalu mengingat, PR kami, anak-anak bangsa ini masih sangat banyak, masih banyak yang perlu dibenahi? Bagaimana gw punya obesesi masa depan untuk membuat (at least) anak-anak Indonesia dari Sabang sampai Merauke bisa membaca dan mengenal internet (hehehe, biar bisa nulis blog kaya gini...)?
Gw pengen tau, pernah gak ya mereka berpikir apa yang gw pikirkan. Jika tidak, mungkin kah gw yang gak normal karena mempertanyakan hal-hal seperti itu? Mungkinkah tidak tepat untuk punya pikiran seperti itu buat kaum seperti gw. Lah, emang gw kaum apa? Bukankah gw dan teman-teman yang lain adalah kaum yang sama? sama-sama manusia yang makan nasi, sama-sama manusia umur 15-16 tahun yang sedang di puncak puber? sama-sama anak Indonesia yang menyaksikan hal yang sama? dan sama-sama manusia bumi yang hidup dari bumi dan merusak?

Ayo dong, teman-teman-ku, yuk kita bangkit dari sekedar main-main, dari sekedar pikiran "itu kan bumi mereka, bangsa mereka.." . Menikmati masa muda kita adalah suatu keharusan, karena masa ini tidak akan terualang. Bertambah tua itu pasti, tapi belum tentu bertambah dewasa. Kita ini tulang punggung bangsa kita lho kelak, Generasi harapan... yuk! kita bangkit lebih awal, lihat lebih jelas, lebih dekat, lebih peduli.. kalau bumi dan bangsa kita sudah di ujung tanduk. Kita harus mulai berpikir, supaya saatnya kita bertindak, kita sudah cukup matang. Karena masih banyak sekali pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan, masih banyak warisan yang perlu kita benahi. Bangsa ini.. bumi ini... perlu bangunan harapan, mimpi dan ambisi yang lebih kokoh lagi....

....dan kalau saya tidak salah, harapan, mimpi dan ambisi itu akan - dan harus - lahir, salah satunya dari kawan-kawanku yang duduk di kelas, yang berseragam putih dan bercelana abu-abu, yang duduk menghadap Pancasila yang tergantung tinggi di dinding kelas.

QUOTE TODAY:
IT DOESNT MATTER HOW SLOWLY YOU GO, AS LONG YOU DONT STOP

0 komentar:

Posting Komentar