Senin, 20 Juli 2009

i love i love M O S

Thursday, July 12, 2007

weiks, hari ini MOS.

Bukan masalah tugas seabrek yang gw pusingin, buat gw gak ada masalah dengan rambut dikuncir banyak, pake dot anak bayi, pake tempurung kura-kura gede, pake pom-pom dan menyanyikan lagu gubahan MOS, gaya aneh-aneh, PBB berjam-jam tiap hari, dihukum kaki diangkat satu, essay berlembar-lembar. Buat gw itu gakpapa, karena anyway cuma 3 hari dan dengan pertimbangan gw tau kok rasanya nge-MOS, gw juga pernah ngerasain nahan senyum n ketawa sambil marah2 n ngebentak ade kelas yang imut-najis gitu. Gw usahin selama MOS itu, gw gak ngeluh. Gw usahin selama MOS itu gw senyum (dalem hati, karena kalo diliat kk kelas, dikira ngeledek)

Bukan semua konyol-konyolnya MOS yang bikin gw mikir. Tapi masalahnya, gw agak tergelitik dengan kata-kata "ini mah udah enak banget, pas taon gw....."

maaf kalo pikiran gw gak sejalan dengan yang lain. Tapi menurut gw kalo budaya MOS sebagai ajang balas dendam karena apa yang didapat kk kelas tahun lalu dari seniornya. itu adalah sebuah pembodohan dan budaya yang menurut gw gak keuntungannya.
Kenapa harus dibandingkan apa yang didapat tahun lalu dengan angkatan sekarang. Karena tahun lalu mereka disiksa jauh lebih keras daripada angkatan tahun ini. Bukan masalah kerasnya siksaan, tapi apa yang dapat diraih dari kerasnya perilaku itu.

Gw gak keberatan kalau harus dapet MOS yang lebih keras daripada ini, kalau memang ada alasan yang jelas kenapa gw dapet MOS sekeras itu. Seandainya kuncir 3 itu ada alasan yang jelas selain tampak lucu, kenapa peraturan ikat rambutnya gak dijadikan 10 ato 20 ikat? seandainya pake dot bayi ada alasan manfaat yang jelas selain mengenang masa kecil dan tampak konyol, kenapa botolnya tidak diisi susu bergizi sekalian, atau dibuat jam minum susu.

Orientasi sangat penting, serius menurut gw itu penting. bayangkan untuk anak-anak baru, hari senin mereka harus langsung masuk kelas tanpa tahu medan area, pasti lebih sulit kan. Setelah MOS ini paling nggak anak-anak baru itu ( gw nggak, secara gw hampir udah 11 tahun disitu) tahun letak toilet, tahu kantin dan hal-hal kecil lainnya. MOS itu butuh, mengingat masa transisi yang cukup sulit dari biru ke abu-abu itu berat.
Tapi mungkin ada baiknya kalau masa transisi itu diisi dengan sikap persahabatan dan terbuka dari penghuni lama. jadi anak-anak baru itu (sekali lagi gw nggak, karena temen-temen dan kk kelas gw sama smua) merasa diterima di komunitas baru mereka dengan segala hal baru yang harus mereka terima juga. (gw yakin anak2 itu juga sulit menerima komunitas baru untuk mereka, selain untuk diterima dalam komunitas baru mereka)

Sekali lagi bukan masalah 'tradisi' MOS yang harus dijaga turun-temurun. Membangun respect dari ade kelas ke kk kelasnya akan dengan sendirinya terbentuk (menurut gw) dengan melihat mereka memimpin (tanpa membentak dan berteriak), melihat mereka membina atau bicara dengan ade kelas mereka dengan sabar (tanpa jutek). Dan yang paling menurut gw penting, adalah waktu kk kelas itu tersenyum bersahabat ke ade kelas baru mereka dan ngebuat mereka merasa betah di rumah baru mereka.

I've been a senior, gw tahu setiap orang pasti berpikir berdasarkan posisi mereka. tahun lalu gw juga gak akan berpikiran untuk tersenyum ke ade kelas gw, atau ngomong sabar ke mereka (ada juga gw unyeng-unyeng). tapi through the times, setelah gw juga jadi junior lagi, bentakan-bentakan itu cuman akan jadi luka yang belum sembuh
(atau bahkan gak akan pernah sembuh) sebelum ada pembalasan ke juniornya.
STOP TRADISI MOS, LOVE YOUR FELLOWERS!

QOUTE TODAY:
MOST PEOPLE HAVE THE WILL TO WIN, FEW HAVE THE WILL TO PREPARE TO WIN

0 komentar:

Posting Komentar