Selasa, 21 Juli 2009

Courage to Stay

Sunday, January 13, 2008



Waktu tadi rapat, seperti biasa, koordinator gw suka banget ngasih pertanyaan psikologis yang membuat kita merefleksikan diri. Kali ini pertanyaannya adalah dengan piramida waktu. Dia tanya, 'berapa lama waktu komitmen dari masing-masing orang untuk menjadi relawan organisasi ini?'

Setiap orang bingung dengan pertanyaannya karena, pilihanya 1 jam, 1 hari, 1 minggu, 1 bulan dan 1 tahun. Beberapa orang kira, mereka ditanya berapa lama waktu yang mereka mau kasih buat organisasi ini. Jadi beberapa dari mereka jawab 1 jam, ada yang 1 hari, ada yang bilang 1 hari setiap minggu.

Gw jawab "Sampai aku gak bisa disebut 'youth' lagi."

Menurut gw pribadi, masalah komitmen seharunya bukan kepada organisasi dimana kita berada. Seharusnya komitmen didasari dari rasa kemanusiaan dan keterikatan dengan masalahnya sendiri.

Gw sendiri bingung, menurut gw komitmen itu sesuatu yang 'saklek' *orang jawa bilang*. alias gak bisa diganti, sekali gw bilang iya, gak pernah kepikiran buat gw untuk bilang gak.

Kadang gw bertanya-tanya, apa iya yah gw terlalu idealis? baru aja seorang teman gw, memutuskan diri untuk keluar dari apa yang telah dia buat selama ini. Unfortunetly, yang dia putuskan untuk akhirnya dia berhenti adalah pekerjaan yang selama ini gw buat bareng dia. Masih bisa gw dengar di telinga gw sendiri, kata-kata yang merubah gw selamanya. Sebuah tawaran yang merupakan sebuah komitmen. dan Masih bisa terdengar, sahutan "iya" dari mulut gw dan dia. BUkan masalah karena orangtuanya melarang atau apa. Ini adalah refleksi pribadi buat gw dan dia, bagaimana kita memegang sebuah komitmen yang pernah kita buat.

Sebenernya, keluarnya dia ini (sahabat gw) dari organisasi yang gw tekuni sekarang, bukan berita baru yang tiba-tiba. Sebelum gw ke Bali, hal ini sempet jadi kendala. Tapi akhirnya dia pun berangkat. Walau, jujur gw tahu persis, kenapa gw dan dia gak pernah sama lagi. Kami beda visi. Buat dia Bali adalah akhir, entah balasan atas apa yang telah ia buat selama ini,atau suatu penutup yang harus ia selsaikan. Yang jelas buat dia itu akhir. Buat gw, ini adalah awal. Langkah yang mengantarkan gw ke pemikiran yang lebih matang. komitmen yag lebih mantap. Bukan sekedar acara Circuss untuk main di pantai.

Dan bukan berarti gw marah sama dia. Anyway, Volunteer is not a job, IT'S A CHOICE. Gw pernah komit dan gw memutuskan untuk belajar setia. Kalau gw gak bisa komit unutk hal yang hanya butuh beberapa jam saja dalam 24 jam X 7 hari hidup gw. Lalu bagaimana gw bisa berkomitmen dengan sesuatu yang lebih besar.

Koordinator gw bilang "mungkin karena kamu yang disitu dari awal, kamu merasa menyatu dengan organisasi ini. Karena kamu ikut meletakan fondasi awalnya."

Ya, itu benar. Gw merasa seperti inilah bagian dari hidup gw. dan kita gak bisa membuang bagian hidup kita bagitu saja, karena itu menyatu dengan kita. Buat gw, hal ini bukan cuma komitmen bagaimana membuat suatu acara kampanye berjalan lancar. tapi ini mengenai bagaimana gw membuat perubahan. Dan hal ini yang akan gw lakukan bukan saja sampai gw gak bisa lagi disebut youth, tapi sampai seluruh hidup gw.

Dan, ntah mengapa sulit sekali buat gw untuk mengerti. Kenapa dia atau orang lain gak bisa punya komitmen seperti itu? Kalo dibilang masalah asal-mula. Gw dan dia dibentuk dengan cara yang sama. Dalam waktu yang sama. seperti gw, dia tahu rasanya membangun sebuah fondasi awal. Dia tahu bagaimana mengumpulkan orang-orang dan meyakinkan mereka bahwa kita harus membuat perubahan. Dan meyakinkan mereka kalau kita bisa. Dia orang yang sama, yang berjalan di samping gw di tanah berlumpur untuk melihat kenyataan tentang rusaknya bumi. Dia orang yang sama yang duduk disamping gw di pelajaran tentang bumi dan orang yang setuju dengan komentar "kita harus membuat perubahan!". Dia salah satu orang yang bersama gw dari bawah. Siapa dia sekarang? Kemana orang yang bersama gw dulu di setiap kampanye?

Gw ngerti 1000%, kata-kata "orang berubah dan kita gak bisa maksain orang untuk sama seperti kita". Gw paham.

Tapi susah sekali buat gw untuk mengerti kenapa orang bisa melupakan apa yang telah ia ucapkan. Apalagi, setelah dia tahu keadaannya. Dia bukan orang awam yang gak tahu apa tentang issue lingkungan ini dan gak tahu apa yang akan terjadi nanti.
Dia salah satu orang yang berteriak "Untuk masa depan kita!, JOIN US!"
*Sedihnya, gw masih bisa inget dengan jelas expresinya, tiap kata, bahkan situasi ruangan waktu itu, ketika kami, dengan gejolak emosi, mengacungkan tangan ke atas, menunjuk pada dunia....*
Should i shout at her ear now? remind her what she shouted just a while ago? to the world....

Maaf, gw tau gak seharunya gw menulis seperti itu. Atau bahkan gak seharusnya gw punya pikiran seperti itu. Tapi seperti gw belajar untuk berkomitmen, gw mau belajar juga untuk jujur dengan perasaan gw.

Dan setiap kali gw merasa bosan. Gw merasa komitmen dan semangat gw berkurang. Dan gw buka lagi foto-foto itu. Gambar-gambar gak bersuara. Senyum gw waktu itu, senyum semangat yang dikelilingi teman-teman gw dari berbagai bangsa yang juga semangat. Dan yang paling penting orang-orang yang juga peduli dan berkomitmen. Senyum yang penuh harapan untuk membuat perubahan.
Dan semua foto-foto itu yang terus mengingatkan gw, seberapa besar semangat gw dulu dan komitmen yang pernah gw ucapkan. Untuk membuat gw terus memegang apa yang gw pilih dan apa yang gw yakini sekarang sebagai sesuatu yang benar.

Anyway, mungkin quote gw ini agak benar. Butuh keberanian dan usaha untuk tetap memegang komitmen dan bertarung di dilemma komitmen ini. Tapi butuh keberanian yang sebesar itu pula untuk menghadapi teman kita... apalagi kalau dia itu sahabat..

QUOTES TODAY:
THERE ARE ALL KINDS OF COURAGE. IT TAKES A GREAT DEAL OF COURAGE TO STAND UP TO OUR ENEMIES, BUT JUST AS MUCH TO STAND UP TO OUR FRIENDS



0 komentar:

Posting Komentar